Asap Tungku

Ajong itu menghisap daun bambu sebagai rokok, waktu saya main ke rumahnya sore hari. Among, istrinya, menyuguhkan pisang dan air minum. Dari luar nampak memang rumah ini sepi, cuma beberapa kali muncul kepulan asap dari jendela belakang dapur, saat among memasak sesuatu dengan tungku. Mereka tinggal berdua saja di rumah kayu itu.

“Masak apa mong?” Sapanya setiap hari jika kami bertemu. Saya selalu tidak enakan untuk menyebutkan lauknya, bayangkan saja beberapa jenis makanan sederhana. Tapi kukira makanan among lebih sederhana lagi. “Sayur buncis mong”, jawab saya.

Sore saat saya berkunjung ke rumahnya, among baru pulang dari mencari kayu di kebun. Ia sedang menyusun kayu dan ranting di belakang rumah. “Masuk mong” seraya menerima bungkusan yang saya bawakan dengan suara kelegaan. Mungkin saya kurang peka selama ini, tapi semoga ini bisa mengurangi rasa bersalah saya.

Kami duduk di ruang sebelah dapur. Alas rumah among masih tanah, digelarkan sebuah karpet. Penerangan di sana adalah lampu 5 watt dengan cahaya yang lesu. Ajong pun turut, meskipun ia masih menghisap rokoknya padahal ada anak-anak, saya hanya bisa halau asapnya yang tak seberapa itu sesekali.

Among dan ajong tinggal di sana sejak muda. Mereka punya delapan anak dan tiga di antaranya meninggal saat masih balita. “Entah mong, pagi dia masih sehat lari-lari, malamnya panas terus meninggal” ceritanya. Di Lampung barat sebutan kakek/nenek sama seperti menyebut cucu. Among atau ajong.

Sementara saat ini semua anaknya telah berkeluarga, paling dekat memang ada di belakang rumah among, tapi mereka tinggal memisah dari orang tuanya.

Mata among sudah cekung, garis pipinya tegas sekali dan keriput hanya membalut tulang karena usia tua. Mereka memasak apa yang ada dan menghabiskan waktu kadang hanya untuk mengobati rasa sakit pada tubuh.

Saya tak tau apa rencana Allah ke depan, karena hanya Ia yang tau. Tapi melihat among dan ajong, saya lebih merasa tak tau apa-apa. Orang muda yang kadang sok tau, sok bisa, ah idealis. Sementara usia terus terkuras, ah biarlah orang ini belajar lebih banyak. Seperti perjalanan usia among dan ajong itu.

Bogor, 31 agustus 2019

Leave a comment